English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Minggu, 19 Juli 2009

Minggu, Juli 19, 2009 Under From BANTARA SMANCI
[0 Comment]
SEMUA TERKEJUT!!!
Ketika seluruh rakyat indonesia sedang menunggu hasil penghitungan suara Pemilihan Umum dari KPU dan menunggu kedatangan Juara Liga Primer sekaliguas Juara Dunia Antar club Mancester United yang akan bertanding melawan Indonesia All Start namun...........
PERHATIAN Indonesia dan dunia mendadak sontak tertuju ke Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta. Mimpi buruk serangan enam tahun lalu terjadi lagi. Serangan ini bahkan dua kali lebih dahsyat dari serangan sebelumnya.
Bom kembar ini meluluhlantakkan sekaligus dua hotel mewah milik asing tersebut dalam waktu yang hampir bersamaan yaitu sekitar pukul 08.00 WIB, Jumat (17/7). Pelaku teror berhasil menyulut ledakan justru dari dalam bangunan hotel, di tengah pengamanan ekstra ketat. Yang lebih memalukan, bom juga dirakit di kamar hotel, tepat di bawah hidung petugas keamanan dan pengelola hotel.

Korban yang berjatuhan pun bukan dari kalangan biasa. Sejumlah top executive beberapa perusahaan asing menjadi korban serangan ini. Sembilan orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka. Presiden Direktur PT Holcim Indonesia Timothy Mackay tewas dalam peristiwa ini. Serangan tersebut pun membuat klub sepakbola asal Inggris, Manchester United membatalkan lawatannya ke Indonesia.

Kaitan antara ledakan ini dengan kondisi politik dalam negeri menjadi pertanyaan setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengungkapkan sejumlah informasi rahasia dari intelijen. Informasi A-1 ini menyebutkan adanya rencana pendudukan Komisi Pemilihan Umum saat pengumuman hasil penghitungan suara Pemilu Presiden 2009.

Selain itu, ada pula rencana mencegah pelantikan SBY sebagai Presiden RI 2009-2014, serta rencana membuat kondisi Indonesia seperti Iran yang rusuh pascapemilu. Foto SBY yang menjadi sasaran latihan tembak teroris pun ditunjukkannya pada publik. Dengan sangat geram, SBY, menyindir seseorang yang pernah melakukan aksi kejahatan membunuh dan menghilangkan orang secara paksa di masa silam.

Tindakan dan ucapan SBY selalu diperhitungkan matang-matang. Jadi SBY pasti punya alasan khusus kenapa ia mengungkapkan rahasia intelijen itu dan menyinggung seorang “drakula penyebar maut” bersamaan dengan ucapan belasungkawa terhadap korban bom kembar itu.

Benarkan serangan ganda ini terkait hasil Pemilu 2009, yang notabene melibatkan tiga mantan jenderal yang bersaing menjadi pasangan nomor satu di negeri ini?

Sejumlah pengamat terorisme membantah hal tersebut. Pengamat terorisme Al Chaidar mengatakan, hampir tidak mungkin ada pihak lain yang meniru pola operasi atau menunggangi kelompok ini untuk kepentingan politik. "Tidak mungkin, sangat sulit dan sangat kecil kemungkinannya. Hanya 0,00 persen." Menurut penulis buku-buku Islam ini, perlu ideologi kuat yang tertanam pada seseorang untuk mau menjadi seorang pelaku bom bunuh diri.

Al Chaidar meyakini jaringan buronan teroris Noordin M. Top sebagai pelakunya. Hal tersebut terlihat dari sasaran pengeboman, dan adanya pola pengulangan terhadap sasaran lama. Selain itu, data sekunder yang ditemukan polisi di Cilacap, Jawa Barat, dan Palembang, Sumatra Selatan, menunjukkan kelompok ini sedang merencanakan serangan setelah lama vakum.

Sebelumnya, Hotel JW Marriott, Kuningan, Jakarta, pernah menjadi sasaran bom pada 2003. Selain itu, Hotel JW Marriott di Islamabad, Pakistan, juga dua kali menjadi sasaran bom Al-Qaidah, yaitu pada 2007 dan 2008. Melihat pola pengulangan ini, Al Chaidar memperkirakan serangan ulangan juga bisa terjadi di jaringan Hotel Ritz Carlton.

Menurut Al Chaidar, kelompok ini memanfaatkan kelengahan aparat kepolisian dan intelijen yang sedang fokus mengamankan jalannya Pemilu 2009. Diperlukan waktu antara enam bulan hingga satu tahun untuk merancang operasi seperti ini. "Mereka perlu melakukan survei dan pengintaian untuk melihat kelemahan target dan menyusun siasat," lanjut Al Chaidar.

Hal serupa diungkapkan direktur International Crisis Group, Sidney Jones. Perempuan pengamat politik ini pun menduga kelompok teroris Noordin M. Top berada di belakang aksi bom di kawasan Mega Kuningan. Walaupun tidak tertutup kemungkinan ada kelompok baru di luar kelompok Noordin.

Menurut Jones, kemungkinan serangan bom ini terkait dengan kisruh Pemilu 2009 tidak begitu besar. "Karena mana ada orang mau mati syahid untuk kepentingan politik," ujar dia.

Jones melanjutkan, kegiatan kelompok Noordin saat ini memang terdesak oleh aparat kepolisian. "Tetapi selama Noordin belum ditangkap, orang masih bisa terhubung dengannya dan belajar merakit bom," kata Jones. Apalagi, masih ada beberapa buronan yang sangat berbahaya yang belum berhasil ditangkap polisi.

Walaupun kelompok ini tidak bertambah kuat, Jones mengakui bahwa kini mereka bertambah pintar. Temuan bom oleh polisi di Cilacap, Jawa Barat, dan terungkapnya anggota jaringan teroris di Palembang, menunjukkan bahwa jaringan teroris masih berkembang walaupun pimpinannya harus menyembunyikan diri.

Setelah melakukan penyelidikan yang mengarah ke kelompok Noordin, kepolisian pun nyaris mengumumkan kelompok tersebut sebagai dalang serangan. Alasannya, bom di JW Mariott dan Ritz Carlton tersebut memiliki ciri yang serupa dengan bom yang ditemukan polisi di Cilacap awal pekan ini. Namun belum dapat dipastikan apakah jaringan peledakan itu sama dengan Cilacap.

Perkembangan selanjutnya dari penyelidikan semakin menarik untuk diikuti. Apakah benar insiden bom ini terkait politik atau murni gerakan jaringan teroris yang berkiblat pada Al-Qaidah? Siapakah Noordin M. Top dan bagaimana sepak terjangnya dalam sejumlah aksi pengeboman di Tanah Air? Simak Fokus: Bom Mega Kuningan selanjutnya.

Read More »

Jumat, 17 Juli 2009

0 Pendidikan Bermutu di tengah Pentas Budaya Instan

Jumat, Juli 17, 2009 Under From BANTARA SMANCI
[0 Comment]
Pendidikan Bermutu di tengah Pentas Budaya Instan
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

Zaman sudah berubah. Semua orang maunya serba cepat. Jadinya, cenderung mengabaikan proses tapi ingin segera mendapat hasil. Apalagi di negara dengan etos kerja rendah seperti Indonesia. Akibatnya, budaya instan mulai masuk ke setiap kehidupan kita. Hidup di zaman modern seperti sekarang ini segala sesuatu dapat kita dapatkan dengan mudah, praktis dan cepat. Kemajuan
teknologi telah memanjakan kita. Mau ngobrol dengan rekan atau saudara yang bermukim di belahan dunia lain, tinggal angkat telepon atau buka internet. Ingin belanja atau makan di restoran tapi malas keluar, tinggal pesan lewat telepon atau beli lewat situs. Mau transaksi —transfer uang, bayar listrik, kartu kredit, beli pulsa— tidak perlu susah-susah ke bank atau ATM. Semua bisa dilakukan lewat handphone. Bagi cewek-cewek yang ingin rambut panjang tidak perlu harus menunggu sampai berbulan-bulan. Cukup tunggu ½ jam saja dengan teknik hair extension, rambut bisa panjang sesuai keinginan.

Maklum, orang makin sibuk. Malas direpotkan dengan hal-hal ribet. Maunya serba instan. Salahkah itu?, selama masih mengikuti hukum alam, serba instan itu sah-sah saja. “Hidup yang baik dan sukses adalah hidup yang sesuai dengan proses alam”. Sampai level tertentu teknologi bisa kita pakai untuk mempercepat hal-hal yang bisa dipercepat sesuai hukum alam. Kemajuan teknologi dan tuntutan zaman, memungkinkan kita mendapatkan sesuatu serba cepat. Tetapi tidak asal cepat. Kualitas harus tetap terjaga. “Padi 100 hari baru panen itu bagus”. Tapi ingat itu ada yang bisa dipercepat. Mestinya, hasilnya harus lebih baik. Jadi, cepat, baik dan bermutu harus berlangsung bersama.

Sayangnya, yang terjadi justru sebaliknya. Mendapatkan sesuatu dengan mudah membuat orang enggan bersusah payah. Tak mau melewati proses. Alias malas. Yang penting cepat !. Bermutu atau tidak, itu urusan nanti. Berorientasi hanya pada hasil. Proses tidak penting. Parahnya, “virus” itu sudah menyebar ke berbagai aspek kehidupan. Ingin sukses dengan cara instan. Jadilah, banyak orang korupsi, punya gelar palsu, beli skripsi, ijazah aspal, asal lulus, cepat kaya lewat penggandaan uang dan lain sebagainya. Kalau memang berat, membosankan dan ketinggalan zaman mengapa kita harus bermutu? Kalau ada cara cepat yang memberi hasil, mengapa tidak dicoba?. Lebih lanjut, sekarang ini sudah terjadi pergeseran nilai di masyarakat. Orang makin individualis dan cenderung melecehkan hak orang lain. Untuk mengejar kesuksesannya, orang tak ragu-ragu mengorbankan orang lain.

Pendidikan Cenderung Dibisniskan.

Munculnya berbagai cara yang mengarah pada pelanggaran etika akademik yang dilakukan perguruan tinggi kita untuk memenangkan persaingan, menunjukkan bahwa pendidikan kini cenderung dipakai sebagai ajang bisnis. Pola promosi yang memberikan kemudahan dan iming-iming hadiah merupakan suatu gambaran bahwa perguruan tinggi tersebut tidak ada inovasi dalam hal kualitas pendidikan. Kecenderungan tersebut akan menghancurkan dunia pendidikan, karena akhirnya masyarakat bukan kuliah untuk meningkatkan kualitas diri, melainkan hanya mengejar gelar untuk prestise. Kondisi pendidikan tinggi saat ini cukup memprihatinkan. Ada PTS yang mengabaikan proses pendidikan. Bahkan ada PTS yang hanya menjadi mesin pencetak uang, bukan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Hal Ini yang membuat persaingan menjadi semakin tidak sehat.

Produk lulusan perguruan tinggi yang proses pendidikannya asal-asalan dan bahkan akal-akalan, juga cenderung menghalalkan segala cara untuk merekrut calon mahasiswa sebanyak-banyaknya, dengan promosi yang terkadang menjebak dengan iming-iming hadiah yang menggiurkan. Apakah ini gambaran pendidikan berkualitas ?. Bahkan ada beberapa PTS di Jakarta yang memainkan range nilai untuk meluluskan mahasiswanya, karena mereka takut, ketika selesai ujian akhir (UTS/UAS) banyak mahasiswanya yang tidak lulus alias IP/IPK nasakom. Sehingga mereka lulus dengan angka pas-pasan yang sebenarnya mahasiswa tersebut tidak lulus. Dalam hal ini semua pihak harus melakukan introspeksi untuk bisa memberi pelayanan pendidikan yang berkualitas. Kopertis, harus bersikap tegas menindak Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang melanggar dan mensosialisasikan aturan yang tak boleh dilanggar oleh PTS. Pengelola perguruan tinggi juga harus menghentikan semua langkah yang melanggar aturan. Kunci pengawasan itu ada secara bertahap di tangan Ketua Program Studi, Direktur, Dekan, Rektor dan Ketua Yayasan.

Tantangan Lulusan Sarjana di Era Informasi.

Ketika para sarjana memadati berbagai arena bursa kerja untuk menawarkan ilmu dan ijazah mereka, iklan-iklan penerimaan mahasiswa baru juga nyaris memenuhi halaman-halaman surat kabar. Dua fenomena tersebut ironis. Promosi Perguruan Tinggi untuk menjaring calon mahasiswa sama "gencarnya" dengan peningkatan pengangguran lulusan. Di sisi lain, perlu diajukan pertanyaan, kualifikasi apakah sebenarnya yang disyaratkan oleh para pencari tenaga kerja lulusan sarjana Perguruan Tinggi ini ?

Jawaban yang diperoleh para peneliti umumnya adalah campuran kualitas personal dan prestasi akademik. Tetapi pencari tenaga kerja tidak pernah mengonkretkan, misalnya, seberapa besar spesialisasi mereka mengharapkan suatu program studi di Perguruan Tinggi. Kualifikasi seperti memiliki kemampuan numerik, problem-solving dan komunikatif sering merupakan prediksi para pengelola Perguruan Tinggi daripada pernyataan eksplisit para pencari tenaga kerja. Hasil survei menunjukkan perubahan keinginan para pencari tenaga kerja tersebut adalah dalam hal kualifikasi lulusan Perguruan Tinggi yang mereka syaratkan.

Tidak setiap persyaratan kualifikasi yang dimuat di iklan lowongan kerja sama penting nilainya bagi para pencari tenaga kerja. Dalam prakteknya, kualifikasi yang dinyatakan sebagai "paling dicari" oleh para pencari tenaga kerja juga tidak selalu menjadi kualifikasi yang "paling menentukan" diterima atau tidaknya seorang lulusan sarjana dalam suatu pekerjaan.



Yang menarik, tiga kualifikasi kategori kompetensi personal, yaitu kejujuran, tanggung jawab, dan inisiatif, menjadi kualifikasi yang paling penting, paling dicari, dan paling menentukan dalam proses rekrutmen. Kompetensi interpersonal, seperti mampu bekerja sama dan fleksibel, dipandang paling dicari dan paling menentukan. Namun, meskipun sering dicantumkan di dalam iklan lowongan kerja, indeks prestasi kumulatif (IPK) sebagai salah satu indikator keunggulan akademik tidak termasuk yang paling penting, paling dicari, ataupun paling menentukan.



Di sisi lain, reputasi institusi Pendidikan Tinggi yang antara lain diukur dengan status akreditasi program studi sama sekali tidak termasuk dalam daftar kualifikasi yang paling penting, paling dicari, ataupun paling menentukan proses rekrutmen lulusan sarjana oleh para pencari tenaga kerja.



Ada kecenderungan para pencari tenaga kerja "mengabaikan" bidang studi lulusan sarjana Dalam sebuah wawancara, seorang kepala HRD sebuah bank di Cirebon menegaskan, kesesuaian kualitas personal dengan sifat-sifat suatu bidang pekerjaan lebih menentukan diterima atau tidaknya seorang lulusan Perguruan Tinggi. Misalnya, posisi sebagai kasir bank menuntut kecepatan, kecekatan, dan ketepatan. Maka, lulusan sarnaja dengan kualitas ini punya peluang besar untuk diterima meskipun latar belakang bidang pendidikannya tidak sesuai. Kepala HRD itu mengatakan, "Saya pernah menerima Sarjana Pertanian dari Bogor sebagai kasir di bank kami dan menolak Sarjana Ekonomi manajemen dari Bandung yang IPK-nya sangat bagus."



Kualifikasi-kualifikasi yang disyaratkan dunia kerja tersebut penting diperhatikan oleh pengelola Perguruan Tinggi untuk mengatasi tidak nyambung-nya antara Perguruan Tinggi dengan dunia kerja dan pengangguran lulusan. Jika pembenahan sistem seleksi mahasiswa baru dimaksudkan untuk menyaring mahasiswa sesuai kompetensi dasarnya, perhatian pada kualifikasi yang dituntut pasar kerja dimaksudkan sebagai patokan proses pengolahan kompetensi dasar tersebut. Untuk itu semua, kerja sama Perguruan Tinggi dan dunia kerja adalah perlu.
Read More »

Rabu, 01 Juli 2009

1 About Me

Rabu, Juli 01, 2009 Under From BANTARA SMANCI
[1 Comment]
About Me....
Assalamu'alaikumWr. Wb.
Iwan kustiawan, Lahir di Kuningan tanggal 14 April 1991. sama dengan Romi Satria Wahono tinggal menyelesaikan S3 namun pengertian S3 disini berbeda yaitu S1 : Alumni dari Sekolah Dasar(SD) Negeri 2 Cikadu(1998 - 2004), S2 : Alumni dari SMP N 1 Nusaherang (2004 - 2007), dan S3 : sekarang Sekolah di SMAN 1 Ciawigeabng (2007 - sekarang). sekarang aku aktif di Organisasi pramuka walaupun aku tidak menjadi DA (Dewan Ambalan) tetapai aku yang paling diktakuti oleh anak" kls X loeee (katanya sih!!! coba aja bktikan.. hehe..) . sudah ketahuan bahwa yang namnya Iwan itu:
I : Intelegentnya kuat..hehehe
W: wooww... emang bener tuh..
A : ahc... masa ga percya sih..
N: nanti kita buktikan.... klw ketemu hehe
mungkin hanya ini dulu profile saya semoga dapat memberikan suatu penjelasan bagi anda-anda yang selalu bertanya-tanya siapakah presiden yang akan terpilih... eh salah, ko ngomongin masalah pemilu sih.... dah ahhhh ntar di smabung lagi....
Wassalamu'alaikum Wr.Wb.

Arti Sebuah Senyuman
senyuman tidak ada biayanya, tapi manfaatnya, tapi manfatnya Subhanllah
senyuman melunturkan kekerasan hati si penerima dan si pemberinya
tanpa membuat menjadikan miskin bagi si pemberi dan si penerima
senyuman akan membawa shodaqoh, menambah tabungan akhirat
senyuman berlangsung dalam sekejap tatapan mata begitu cepat,
begitu singkat dan begitu darurat
tetapi sangat besar kesan yang ditinggalkan dapat membekas kuat
& melanggengkan persaudaraan
senyuman menciptakan hangat dab bahagia dalam rumah tangga
masyarakat dan dikalangan umat.
mendorong produktivitas & persaudaraan setia di setiap Interaksi dakwahm sosial dan dunia usaha.
jika saja ada kejadian orang yang bosan melemparkan senyuman atau terlampau
letih untuk "melemparkan" senyuman apa salahnya jika ANDA saja yang
memberikan dahulu sebuah senyuman tapi senyuman yang ikhlas
karena Iman dan karena Allah SWT.



Read More »